Menurut para pakar pendidikan Indonesia, salah satu kelemahan
sistem penilaian dalam dunia pendidikan kita adalah dalam pemberian soal-soal
penilaian selama ini yang lebih banyak memfokuskan pada soal-soal LOTS atau
soal-soal yang berfokus pada penguasaan kemampuan mengingat, memahami dan
menerapkan dan sedikit sekali
menggunakan Soal-soal HOTS
yang sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk penilaian hasil
belajar.
Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan
dasar hingga menengah, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.
Karakteristik 1. Mengukur Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi
The Australian Council for Educational
Research (ACER)
menyatakan bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan),
menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan
mencipta. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking),
berpikir kreatif (creative
thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan
mengambil keputusan (decision making).
Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu
kompetensi penting dalam dunia modern,
sehingga wajib dimiliki oleh setiap siswa.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a). kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar; b). kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah
dari berbagai sudut pandang yang berbeda; c).
menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di
kelas. Oleh karena itu agar siswa
memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan
ruang kepada siswa untuk menemukan
pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran harus dapat
mendorong siswa untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
Karakteristik
2. Berbasis Permasalahan Kontekstual dan Menarik (Contextual and Trending
Topic)
Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana siswa
diharapkan dapat menerapkan konsepkonsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
masalah. Permasalahan kontekstual yang
dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan
ruang angkasa, kehidupan bersosial, penetrasi
budaya, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan.
Kontekstualisasi masalah pada penilaian membangkitkan sikap kritis dan peduli
terhadap lingkungan.
Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, terkait langsung dengan
konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, ditekankan kepada
penggalian (exploration), penemuan (discovery),
dan penciptaan (creation).
c. Applying, kemampuan siswa untuk
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, kemampuan siswa
untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan
model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, kemampuan siswa untuk
mentransformasi konsep-konsep pengetahuan
dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai berikut.
a.Siswa mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekedar memilih jawaban yang tersedia;
b.Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c.Tugas-tugas yang diberikan tidak mengkungkung dengan satu-satunya jawaban
benar, namun memungkinkan siswa untuk mengembangkan gagasan dengan beragam
alternative jawaban benar yang berdasar pada bukti, fakta, dan alasan rasional.
Stimulus
soal-soal HOTS harus dapat memotivasi siswa untuk menginterpretasi serta
mengintegrasikan informasi yang disajikan, tidak sekedar membaca. Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
siswa. Kemampuan berkomunikasi antara lain dapat direpresentasikan melalui kemampuan untuk
mencari hubungan antar informasi yang
disajikan dalam stimulus, menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, kemampuan mentransfer konsep pada
situasi baru yang tidak familiar, kemampuan
menangkap ide/gagasan dalam suatu wacana, menelaah ide dan informasi secara kritis, atau
menginterpretasikan suatu situasi baru yang disajikan dalam bacaan.
Untuk membuat stimulus yang baik, agar dipilih informasi-informasi, topik, wacana, situasi, berita atau bentuk lain yang
sedang mengemuka (trending topic).
Sangat dianjurkan untuk mengangkat permasalahan-permasalahan yang dekat dengan lingkungan siswa berada, atau bersumber
pada permasalahanpermasalahan global yang sedang mengemuka.
Stimulus
yang tidak menarik berdampak pada
ketidak sungguhan/ketidakseriusan peserta tes untuk membaca informasi yang disajikan dalam stimulus atau
mungkin saja tidak mau dibaca lagi karena
ending-nya sudah diketahui sebelum membaca (bagi stimulus yang sudah sering diangkat, sudah umum diketahui). Kondisi
tersebut dapat mengakibatkan kegagalan
butir soal untuk mengungkap kemampuan berkomunikasi siswa. Soal dengan stimulus kurang menarikt idak mampu
menunjukkan kemampuan siswa untuk
menghubungkan informasi yang disajikan dalam stimulus atau menggunakan informasi untuk menyelesaikan
masalah menggunakan logika-logika berpikir kritis.
Karakteristik
3. Tidak Rutin dan Mengusung Kebaruan
Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah untuk membangun kreativitas siswa dalam menyelesaikan berbagai
permasalahan kontekstual. Sikap kreatif
erat dengan konsep inovatif yang menghadirkan keterbaharuan. Soal-soal HOTS tidak dapat diujikan berulang-ulang pada
peserta tes yang sama.
Apabila suatu soal yang awalnya merupakan soal HOTS diujikan
berulang-ulang pada peserta tes yang
sama, maka proses berpikir siswa menjadi menghafal dan mengingat.
Siswa hanya perlu mengingat cara-cara yang telah pernah dilakukan sebelumnya. Tidak lagi terjadi proses berpikir
tingkat tinggi. Soal-soal tersebut tidak
lagi dapat mendorong peserta tes untuk kreatif menemukan solusi baru. Bahkan soal tersebut tidak lagi mampu menggali
ide-ide orisinil yang dimiliki peserta
tes untuk menyelesaikan masalah.
Soal-soal yang tidak rutin dapat dikembangkan dari KD-KD tertentu, dengan memvariasikan stimulus yang bersumber dari
berbagai topik. Pokok pertanyaannya
tetap mengacu pada kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan tuntutan pada KD. Bentuk-bentuk
soal dapat divariasikan sesuai dengan
tujuan tes, misalnya untuk penilaian harian dianjurkan untuk menggunakan soal-soal bentuk uraian karena
jumlah KD yang diujikan hanya 1 atau 2
KD saja. Sedangkan untuk soal-soal penilaian akhir semester atau ujian sekolah
dapat menggunakan bentuk soal pilihan ganda (PG) dan uraian.
Untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi
(HOTS) akan lebih baik jika menggunakan
soal bentuk uraian. Pada soal bentuk uraian mudah dilihat tahapantahapan
berpikir yang dilakukan siswa, kemampuan mentransfer konsep ke situasi baru, kreativitas membangun argumen
dan penalaran, serta hal-hal lain yang
berkenaan dengan pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Mencermati salah satu tujuan penyusunan soal HOTS adalah untuk mengembangkan kreativitas siswa, maka para
guru juga harus kreatif menyusun soal-soal
HOTS. Guru harus memiliki persediaan soal-soal HOTS yang cukup dan variatif untuk KD-KD tertentu yang dapat
dibuatkan soal-soal HOTS, agar karakteristik
soal-soal HOTS tidak berubah dan tetap terjaga mutunya.
Sekian,
semoga bermanfaat.