16 Februari 2021

Karakteristik Soal HOTS

Menurut para pakar pendidikan Indonesia, salah satu kelemahan sistem penilaian dalam dunia pendidikan kita adalah dalam pemberian soal-soal penilaian selama ini yang lebih banyak memfokuskan pada soal-soal LOTS atau soal-soal yang berfokus pada penguasaan kemampuan mengingat, memahami dan menerapkan  dan sedikit sekali menggunakan Soal-soal HOTS yang sangat direkomendasikan untuk digunakan pada berbagai bentuk  penilaian hasil belajar.

Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat  satuan pendidikan dasar hingga menengah, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.

Karakteristik 1. Mengukur Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa  keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi,  memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda,  menyusun, dan mencipta. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi  kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), keterampilan  berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision  making).

Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi  penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap siswa.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a). kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar; b). kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk menyelesaikan  masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda; c). menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan cara-cara  sebelumnya.

Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di  kelas. Oleh karena itu agar siswa memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi,  maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang kepada siswa untuk  menemukan pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran harus dapat mendorong siswa untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.

Karakteristik 2. Berbasis Permasalahan Kontekstual dan Menarik (Contextual and Trending
Topic)
Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang berbasis situasi nyata dalam  kehidupan sehari-hari, di mana siswa diharapkan dapat menerapkan konsepkonsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan  kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan  lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, kehidupan bersosial,  penetrasi budaya, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Kontekstualisasi masalah pada penilaian membangkitkan sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan.
Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat  REACT.
a. Relating, terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan  (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, kemampuan siswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang  diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, kemampuan siswa untuk mampu mengomunikasikan  kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, kemampuan siswa untuk mentransformasi konsep-konsep  pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.

Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah  sebagai berikut.
a.Siswa mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekedar memilih jawaban  yang tersedia;
b.Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c.Tugas-tugas yang diberikan tidak mengkungkung dengan satu-satunya jawaban benar, namun memungkinkan siswa untuk mengembangkan gagasan dengan beragam alternative jawaban benar yang berdasar pada bukti, fakta,  dan alasan rasional.

Stimulus soal-soal HOTS harus dapat memotivasi siswa untuk menginterpretasi serta mengintegrasikan informasi yang disajikan, tidak sekedar membaca. Salah  satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah meningkatkan kemampuan  berkomunikasi siswa. Kemampuan berkomunikasi antara lain dapat direpresentasikan melalui kemampuan untuk mencari hubungan antar informasi  yang disajikan dalam stimulus, menggunakan informasi untuk menyelesaikan  masalah, kemampuan mentransfer konsep pada situasi baru yang tidak familiar,  kemampuan menangkap ide/gagasan dalam suatu wacana, menelaah ide dan informasi secara kritis, atau menginterpretasikan suatu situasi baru yang  disajikan dalam bacaan.
Untuk membuat stimulus yang baik, agar dipilih informasi-informasi, topik,  wacana, situasi, berita atau bentuk lain yang sedang mengemuka (trending topic).
Sangat dianjurkan untuk mengangkat permasalahan-permasalahan yang dekat  dengan lingkungan siswa berada, atau bersumber pada permasalahanpermasalahan global yang sedang mengemuka.

Stimulus yang tidak menarik  berdampak pada ketidak sungguhan/ketidakseriusan peserta tes untuk membaca  informasi yang disajikan dalam stimulus atau mungkin saja tidak mau dibaca lagi  karena ending-nya sudah diketahui sebelum membaca (bagi stimulus yang sudah  sering diangkat, sudah umum diketahui). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan  kegagalan butir soal untuk mengungkap kemampuan berkomunikasi siswa. Soal  dengan stimulus kurang menarikt idak mampu menunjukkan kemampuan siswa  untuk menghubungkan informasi yang disajikan dalam stimulus atau  menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah menggunakan logika-logika berpikir kritis.

Karakteristik 3. Tidak Rutin dan Mengusung Kebaruan
Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS adalah untuk membangun  kreativitas siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kontekstual. Sikap  kreatif erat dengan konsep inovatif yang menghadirkan keterbaharuan. Soal-soal  HOTS tidak dapat diujikan berulang-ulang pada peserta tes yang sama.
Apabila  suatu soal yang awalnya merupakan soal HOTS diujikan berulang-ulang pada  peserta tes yang sama, maka proses berpikir siswa menjadi menghafal dan mengingat. Siswa hanya perlu mengingat cara-cara yang telah pernah dilakukan  sebelumnya. Tidak lagi terjadi proses berpikir tingkat tinggi. Soal-soal tersebut  tidak lagi dapat mendorong peserta tes untuk kreatif menemukan solusi baru. Bahkan soal tersebut tidak lagi mampu menggali ide-ide orisinil yang dimiliki  peserta tes untuk menyelesaikan masalah.

Soal-soal yang tidak rutin dapat dikembangkan dari KD-KD tertentu, dengan  memvariasikan stimulus yang bersumber dari berbagai topik. Pokok  pertanyaannya tetap mengacu pada kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa  sesuai dengan tuntutan pada KD. Bentuk-bentuk soal dapat divariasikan sesuai dengan tujuan tes, misalnya untuk penilaian harian dianjurkan untuk  menggunakan soal-soal bentuk uraian karena jumlah KD yang diujikan hanya 1  atau 2 KD saja. Sedangkan untuk soal-soal penilaian akhir semester atau ujian sekolah dapat menggunakan bentuk soal pilihan ganda (PG) dan uraian.

Untuk  mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) akan lebih baik jika menggunakan soal bentuk uraian. Pada soal bentuk uraian mudah dilihat tahapantahapan berpikir yang dilakukan siswa, kemampuan mentransfer konsep ke  situasi baru, kreativitas membangun argumen dan penalaran, serta hal-hal lain  yang berkenaan dengan pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Mencermati salah satu tujuan penyusunan soal HOTS adalah untuk  mengembangkan kreativitas siswa, maka para guru juga harus kreatif menyusun  soal-soal HOTS. Guru harus memiliki persediaan soal-soal HOTS yang cukup dan  variatif untuk KD-KD tertentu yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS, agar karakteristik soal-soal HOTS tidak berubah dan tetap terjaga mutunya.

Sekian, semoga bermanfaat.